Larantuka -
Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PMKRI) Cabang Kupang mendesak Kejaksaan Tinggi (Kejati) NTT segera memeriksa Gubernur NTT terkait temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) soal dugaan penyelewengan dana bantuan sosial (Bansos) selama tiga tahun berturut-turut (2010, 2011 dan 2012). Desakan PMKRI itu tertuang dalam salah satu pernyataan sikapnya saat menggelar unjuk rasa di Kejati NTT, Selasa (12/11/2013).
Selain meminta agar
Gubernur NTT diperiksa, PMKRI juga mendesak kejati lebih repsonsif dan menindaklanjuti setiap temuan BPK yang berindikasi unsur pidana. PMKRI juga meminta kejati agar lebih independen dalam mengusut dan menyelesaikan masalah-masalah korupsi di NTT. Berikutnya, mendesak kejati memeriksa pihak terkait dalam temuan BPK NTT.
Aksi unjukrasa yang diikuti puluhan aktivis PMKRI ini menggunakan satu unit mobil pick up dan beberapa sepeda motor. Aksi ini dimulai dengan berjalan kaki dari Marga PMKRI Kupang di depan Mapolda NTT menuju Kantor Kejati NTT.
Mereka membawa serta spanduk bertuliskan
Kejati NTT segera tuntaskan Bansos NTT, dan poster bertuliskan Kejati NTT dimakan rayap, Bansos lenyap, NTT butuh pahlawan untuk berantas korupsi, Kejati NTT diam, Bansos 2009, 2010,2011 dan 2012 merayap.
Tiba di gerbang
Kantor Kejati NTT, puluhan aktivis ini tidak langsung masuk karena pintu gerbang ditutup rapat dan dijaga ketat aparat kepolisian. Pihak kejati lalu meminta lima perwakilan aktivis untuk berdialog di dalam kantor.
Lima perwakilan aktivis itu antara lain Koordinator Umum Jecko Jewata, Koordinator Lapangan Igo Melkior, Sekjen Bonefasius Jehadin, dan dua perwakilan lainnya.
Mereka diterima dua pejabat Kejati NTT, yakni Asisten Bidang Intelijen (Asintel) Paris Pasarribu, dan Asisten Bidang Pidana Khusus (Aspidsus) Gasper Kase di ruang kerja Asidsus.(moralpolitik)