Larantuka -
Sastrawan Gerson Poyk dapat dijuluki sebagai
perintis Kesusastraan NTT. Karya pertama Gerson dan dimuat di majalah Sastra pada bulan Juni 1961 dalam bentuk cerpen adalah Mutiara di Tengah Sawah
Yohanes Sehandi, Dosen
Universitas Flores dalam makalahnya berjudul
Sastra dan Sastrawan dari Masa ke Masa dalam temu sastrawan asal NTT di Kupang, Sabtu (31/8) mengatakan,
cerpen Mutiara di Tengah Sawah ditetapkan sebagai cerpen terbaik pada tahun 1961 oleh majalah Sastra. Tahun pemuatan cerpen karya Gerson Poyk ini juga disebut sebagai tahun lahirnya sastra NTT.
Dikatakannya, sastra NTT lahir pada saat orang NTT pertama kali menulis dan mempublikasikan karya sastranya kepada masyarakat umum.”Setelah melalui proses penelusuran yang panjang terhadap sejumlah data dan informasi, orang NTT pertama yang menulis dan mempublikasikan karya sastranya kepada masyarakat umum adalah
Gerson Poyk,”kata Suhandi.
Dia menambahkan, Gerson Poyk juga adalah sastrawan NTT yang paling produktif dan berkarya sastra selama 52 tahun terus menerus sampai dengan tahun 2013 . “Beliau telah menerbitkan buku novel dan kumpulan cerpen sebanyak 27 judul. Penerbit Nusa Ende, Flores merupakan penerbit yang sangat berjasa dalam perjalanan karier sastrawan Gerson Poyk,”katanya.
Kemudian, kata Suhandi, orang NTT pertama yang menulis puisi dan mempublikasikan untuk masyarakat umum adalah Dami N. Toda. Judul puisi pertama yang dipublikasikan pada tahun 1969 adalah “
Sesando Negeri Savana.”
Karya sastra jenis puisi itu dimuat di majalah Sastra edisi Juli 1969.
Menurut Suhandi, hingga usia Nusa Tenggara Timur yang ke-52 tahun 2013 ini sudah sebanyak 104 judul buku sastra yang dipersembahkan sastrawan- sastrawan asal NTT. “Karya anak-anak NTT itu terdiri dari 45 judul buku novel, 26 judul buku kumpulan cerpen, dan 33 judul buku kumpulan puisi,” jelasnya.
Dalam temu sastrawan NTT pertama itu, Sehandi menawarkan sejumlah agenda penelitian sastra dan sastrawan NTT ke depan untuk menggeluti dunia sastra NTT secara lebih intens dan komprehensif.
Gerson Poyk yang juga hadir pada kesempatan itu mengatakan, Mary Low Wang, warga negara Amerika kelahiran Semarang telah banyak menerjemahkan novel dan cerpennya. Salah satu karya yang diterjemahkan adalah Kain Tenun yang menceritakan seorang ibu di Lembata yang menunggu kedatangan suaminya dari laut. Mary mengatakan Darah Timor menjadi bacaan wajib di Quensland, Australia.
sumber : floresbangkit