Larantuka -
Kota Larantuka, kabupaten Flores Timur, Nusa Tenggara Timur tidak jauh berbeda, tidak ada perubahan dari masa ke masa, kota itu seperti kota tuah yang berbalut debu, yang tersisah hanyalah kenangan yang datang dan menghampiri keindahan dari sentuhan seni dan alam yang kian terintiminasi dengan peradapan yang kian tak beradap, Suasana alam pantai yang duluh indah dan menjadi tempat melebur rasa lelah dan penat kini berubah menjadi lautan sampah, entalah siapa yang memulainya, ini benar benar menyesakan dada ( percaya tidak percaya dulu setiap pulang sekolah, saya pasti kepantai hanya sekedar memancing, sekarang mana bisa memancing, tak ada seekor ikan pun di sana, yang ada hanyalah tumpukan sampah )
Perna terlintas dalam pikiran, sebenarnya apa yang di lakukan
sang penguasa daerah, apakah mereka hanya bekerja untuk menghabiskan waktu mereka, atau bekerja hanya untuk mendapatkan upah saja..? atau mereka bekerja untuk
kemajuan Larantuka,-
kemajuan lewo tana
Tentu saja jika kita menanyakan ini kepada
sang penguasa maka akan keluar sebuah lembaran panjang daftar kegiatan dan kemajuan mereka yang tak bisa terlihat melalui mata
Sudah sepuluh tahun berlalu,
kota Larantuka hanya mampu menambah satu kemajuannya yang bisa saya lihat dengan mata,
Taman Kota
Taman kota yang di bangun oleh
Bupati Flores Timur waktu itu Bapak
Felix Fernandes, dan Pemandian air panas yang kini tinggal kenangan
Sebenarnya apa pentingnya kemajuan di atas kertas, jika masyarakat sendiri tidak menikmatinya..? perna saya bertanya tentang hal ini ke salah satu rekan saya yang tentunya berasal dari Larantuka juga, dia pun menjawab "
Biar Tuhan yang menjawabnya, intinya tora bisa makan dan tidur itu sudah sangat cukup "