Larantuka - “Berbagai masalah yang dihadapi bangsa ini membutuhkan respon cepat dari elemen mahasiswa,” kata
Wakil Sekjen Pengurus Pusat Perhimpunan Mahasiswa Katolik Republik Indonesia (PP PMKRI),
Christo Kabelen di Jakarta, Selasa (29/10).
Menurut Christo,
gerakan mahasiswa harus berkarakter. Perlu menghindari aksi yang pragmatis, dan tanpa visi.
“Jika gerakan tidak memiliki karakteristik dan cenderung pragmatis maka akan berimplikasi pada melemahnya kontrol sosial terhadap kinerja penyelenggara negara,” katanya.
Padahal, lanjut Christo, lemahnya kinerja penyelenggara negara merupakan penyebab utama dari pelbagai masalah yang mendera kehidupan bangsa dan negara. Persoalan kepemimpinan nasional yang lemah juga berimplikasi pada ketidakpastian dalam penyelesaian sejumlah persoalan bangsa.
Menyadari kondisi tersebut, kata
Christo,
gerakan kaum muda secara perlahan-lahan mulai menggeliat kembali seiring dengan meningginya akumulasi kekecewaan masyarakat atas kasus korupsi yang melibatkan penyelenggara negara.
“Meski
gerakan mahasiswa masih sporadis dan mengusung tema yang berbeda-beda, tetapi alurnya mulai jelas. Mahasiswa skeptis terhadap perubahan karena belum berdampak signifikan terhadap perbaikan kualitas hidup masyarakat,” katanya.
Chisto mengakui berbagai
masalah sosial yang saat ini, posisi masih kembali mendapat sorotan publik. Sekurang-kurangnya mempertanyakan kontribusi mahasiswa sebagai kekuatan moral dan kontrol social dalam menyelesaikan berbagai persolan utamanya kasus korupsi.
“
Gerakan mahasiswa dituntut untuk melakukan konsolidasi kekuatan personal dan organisasi dengan semangat untuk memperjuangkan kebaikan bersama dan mengangkat harkat dan martabat bangsa dan negara dari keterpurukannya,” katanya.
Menurut Christo, peringatan
Hari Sumpah Pemuda tahun ini harus menjadi momentum bagi mahasiswa dan kaum muda untuk mengartikulasikan kekuatan moral dalam menata bangsa ini.(jurnas)