Larantuka - Pertanyaan ini menarik dan memang merupakan tantangan yang aktual bagi para orang tua yang merayakan Misa bersama anak-anak mereka yang masih kecil. Menurut hemat saya, “kesibukan” Anda dan para ibu dalam menangani si kecil selama perayaan Misa tidak membuat Anda berdosa, karena Tuhan tentu mengerti kesulitan itu dan tetap menghargai usaha dan ketulusan Anda untuk merayakan Ekaristi bersama anak-anak demi kemuliaan nama-Nya.
Saya pribadi sangat menghargai niat banyak orangtua untuk memperkenalkan
perayaan Ekaristi pada anak-anak sejak usia mereka masih sangat muda, walaupun tantangannya cukup banyak, karena selain belum mengerti, pada usia dini anak-anak juga masih sukar untuk diajak duduk diam dan berkonsentrasi dalam waktu yang cukup panjang, dalam hal ini sekitar satu jam atau satu setengah jam merayakan Ekaristi.
Memang bila sarananya tersedia, mengikuti kegiatan
Sekolah Minggu juga baik, supaya anak-anak mengenal pengajaran Kitab Suci dan bertumbuh dalam pemahamannya akan kasih Tuhan. Namun keikutsertaan mereka di dalam perayaan Ekaristi tidak tergantikan oleh kegiatan Sekolah Minggu, dan bagaimanapun juga kegiatan mengikuti Misa sangat baik untuk dibiasakan sejak mereka sudah mulai dapat diajak bekerja sama selama mengikutinya. Dalam hal ini orangtua diajak untuk aktif dan kreatif mencari sarana yang memungkinkan anak-anak turut berpartisipasi dalam Misa tanpa menjadi bosan yang kemudian juga berpotensi mengganggu konsentrasi umat yang lain.
Membawakan berbagai jenis mainan pengalih perhatian atau makanan, tidak terlalu disarankan, karena selain hal itu tidak membuat anak-anak belajar untuk mengenal apa yang terjadi dalam Misa, orangtua pun dapat teralihkan perhatiannya kepada hal-hal yang tidak berhubungan dengan pujian dan penyembahan kepada Tuhan. Sebagai gantinya, di sela-sela mereka mulai jenuh atau kehilangan konsentrasi, supaya mereka tetap dapat mengikuti Misa tanpa menjadi rewel namun tetap mendapatkan situasi rohani, orangtua dapat
memberikan
berbagai buku rohani anak-anak yang mempunyai cerita yang menarik dan gambar-gambar yang juga menarik, buku-buku bergambar mengenai kisah santo santa, rosario dari plastik, dan benda-benda bersifat rohani lainnya. Usaha ini diberikan hanya pada saat mereka mulai jenuh. Namun dengan berbagai pengajaran yang sering diterapkan di rumah, anak-anak yang sudah lebih besar, misalnya 4 tahun ke atas, bisa diajak memperhatikan apa yang terjadi di sekitar altar, dan diajak tetap menghargai Tuhan Yesus yang ada di tengah-tengah umat-Nya sekalipun tidak kelihatan. Usaha ini berkesinambungan, misalnya, di rumah, di antara kegiatan bermain bersama anak-anak, orangtua dapat meluangkan waktu untuk bermain merayakan Misa bersama mereka.
Anak-anak biasanya sangat senang
menirukan kegiatan orang dewasa yang sering mereka lihat. Dengan peralatan sederhana untuk memberikan suasana seperti di gereja, orangtua bisa mengajarkan anak-anak untuk menirukan semua gerakan liturgis pada saat yang tepat, misalnya berdiri, berlutut, membuat tanda salib, ikut bernyanyi (sambil mengajarkan beberapa nyanyian liturgi yang bisa mereka ikuti), memberikan salam damai, gerakan menyembah pada saat konsekrasi, dan seterusnya, sambil memberikan penjelasan sederhana tentang makna di balik gerakan-gerakan tersebut. Termasuk mengajarkan pentingnya bersikap hormat dan hikmat pada saat Doa Syukur Agung. Keterlibatan orangtua dan penanaman bahwa semua itu adalah sesuatu yang indah dan menyenangkan bagi Tuhan, akan membuat anak-anak juga menghargai Ekaristi dan lama kelamaan dapat memahami dan mencintainya seiring pertambahan usia dan pertumbuhan mereka.
Sumber: Situs Katolisitas